Suatu saat kita mungkin bertanya-tanya dalam hati, setelah kita membaca tentang tulisan/kupasan ide-ide musikalitas seseorang, misalnya: scale2 apa yg dipakai oleh joe satriani, dan ada yg menulis bahwa scale yg dipakai adalah pentatonik, maka kita bertanya: "kok bisa pentatonik?, darimana si penulis tahu?"
Salah satu cara untuk mengungkap gagasan-gagasan musikalitas seseorang adalah memecah karyanya menjadi bagian-bagian kecil yang dinamakan scale phrasing(saya belum tahu terjemahan yang tepat untuk istilah ini)
Bila penulis menerapkan ide-idenya ke dalam tulisan, pelukis meracik warna untuk berkarya, arsitek menggambar struktur bangunan dst. maka musisi menerapkan ide-ide musikalitasnya ke dalam not-not, dirangkai dalam frase, dirakit dalam bagian intro, verse, interlude, outtro dst. lalu rangkaian itu membentuk suatu lagu.
Nah bila kita ingin membedah ide-ide itu, maka mau tidak mau kita harus memecah kembali suatu lagu acuan menjadi bagian-bagian kecil untuk kita analisis, dan itu bukanlah suatu pekerjaan mudah, apalagi karya seorang musisi yang mumpuni, bagaikan melihat suatu misteri lukisan misalnya...
Monday, February 22, 2010
Friday, February 27, 2009
Memakai scale atau mode?
Ada beberapa pertanyaan yang sempat mampir ke hp saya tentang penggunaan scale dan mode. Pertanyaan seperti "scale apa yang dipakai oleh G3?","apakah ada percampuran scale?" dst.
Mode sendiri sebenarnya adalah scale juga. Mode sendiri bila diruntut dari sejarahnya adalah pembentuk dari scale-scale yang kita kenal sekarang ini, mode masih dipakai hingga sekarang karena mode lebih menentukan sifat/karakter musik daripada scale.
Pada musik-musik etnis seperti gamelan(karena saya etnis jawa) sebenarnya dikenal mode juga, meski istilahnya lain. Ada karakter-karakter gending tertentu yang dipakai untuk mengiringi wayang misalnya. Jadi adegan perang, adegan duka, awal cerita/akhir dst, diiringi dengan musik tertentu.
Ini bahasan yang rumit sebenarnya. Kebanyakan musisi(termasuk saya) biasanya bingung menentukan apakah memakai scale atau mode.
Hal lain yang terjadi adalah, kadang-kadang musik yang ceria juga tidak selalu dimainkan dengan nada-nada mayor, dan musik yang sedih juga tidak selalu dimainkan dengan nada-nada minor.
Tapi, setidaknya menurut saya, hal yang diterima pendengar sebenarnya adalah musik yang menurut mereka(karena menyangkut selera) enak didengar. Tidak peduli mau pake scale atau mode apapun asal memenuhi selera ya itulah yang disukai.
Mode sendiri sebenarnya adalah scale juga. Mode sendiri bila diruntut dari sejarahnya adalah pembentuk dari scale-scale yang kita kenal sekarang ini, mode masih dipakai hingga sekarang karena mode lebih menentukan sifat/karakter musik daripada scale.
Pada musik-musik etnis seperti gamelan(karena saya etnis jawa) sebenarnya dikenal mode juga, meski istilahnya lain. Ada karakter-karakter gending tertentu yang dipakai untuk mengiringi wayang misalnya. Jadi adegan perang, adegan duka, awal cerita/akhir dst, diiringi dengan musik tertentu.
Ini bahasan yang rumit sebenarnya. Kebanyakan musisi(termasuk saya) biasanya bingung menentukan apakah memakai scale atau mode.
Hal lain yang terjadi adalah, kadang-kadang musik yang ceria juga tidak selalu dimainkan dengan nada-nada mayor, dan musik yang sedih juga tidak selalu dimainkan dengan nada-nada minor.
Tapi, setidaknya menurut saya, hal yang diterima pendengar sebenarnya adalah musik yang menurut mereka(karena menyangkut selera) enak didengar. Tidak peduli mau pake scale atau mode apapun asal memenuhi selera ya itulah yang disukai.
Labels:
Music Lessons
Subscribe to:
Posts (Atom)