Thursday, September 18, 2008

Beberapa faktor kendala dalam mempelajari dan mengembangkan musik

Industri musik di Indonesia baik musik tradisional atau modern kalo dilihat dari perkembangannya ada berbagai macam faktor penghambat, diantaranya dari dalam diri sendiri. Kebanyakan orang hanya suka mendengar musik dan biasanya malas untuk belajar, ini saya alami juga :), bahkan sampai saat ini. Ada klasifikasi 2 kategori menurut saya, yaitu faktor internal dan eksternal. Internal dari manusianya, eksternal dari hal lain-lain misalnya lingkungan
A. Internal:
1. Malas belajar not, terutama not balok, karena mesti menjadi momok kalau harus membaca not balok, padahal not balok bukanlah satu-satunya cara menuliskan nada dalam musik. Notabene musik adalah rangkaian sebuah nada, ini adalah hal yang kadang kurang disadari
2. Beranggapan bahwa orang bisa musik adalah pembawaan bakat alami, sehingga kebanyakan berkata "ah malas ah, sudah ga ada bakat" sehingga sudah merasa sulit duluan, padahal bakat bukanlah hal yang 100% menjadi pendukung kesuksesan seseorang dalam bermusik
3. Putus asa, karena ada anggapan berkarir di bidang musik tidak menjanjikan, dan sulit masuk dapur rekaman misalnya, padahal produser mungkin bukan tidak tertarik pada kemampuan anda, hanya tidak tahu saja kemampuan anda.
4. Tidak ada rutinitas dalam belajar
5. Tidak memulai dengan hal-hal yang mudah terlebih dahulu, belajar langsung dengan hal yang sulit, misalnya mencari chord dan bagian solo interlude sebuah lagu yang notabene adalah hal paling sulit dan menjadi bagian inti dari suatu lagu
6. Tidak bisa atau lemah dalam kemampuan bahasa, terutama bahasa inggris, memang bahasa itali juga dipakai pada banyak istilah yang berkaitan dengan bidang musik, tapi bahasa inggris lebih banyak, bahkan anda perlu belajar bahasa jawa misalnya untuk memahami dan menguasai gamelan jawa, hal ini memang merepotkan karena kita harus belajar bahasa(belajar lagi.... arrggghhhhhhhhh), ini termasuk persoalan yang serius, karena belum semua istilah musik bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang kita cintai ini, memang kita ga perlu jadi ahli bahasa untuk menjadi musisi, tapi kita perlu belajar sedikit saja.
7. Hal-hal lain

B. Eksternal
1. Lingkungan, misalnya, orang tua melarang, membuat pekak telinga tetangga sebelah, hal ini sebenarnya bisa dijembatani dengan menyetel volume musik anda sedang saja, ga perlu terlalu keras, keras dan tidaknya suara kan dari teknologi juga, boleh aja sesekali, tapi kalau berkali-kali, wah ya ini yang bikin suasana panas, he he he. Bahkan dengan mendengar pelan, penuh perhatian akan membuat pemahaman anda lebih baik, meski nanti juga bisa dikerasin kalo sudah paham.
2. Harga alat-alat musik masih mahal, ini adalah kendala eksternal terbesar, perlu pembahasan panjang tentang hal ini, tapi salah satunya karena industri kecil dalam negeri yang bergerak dalam pembuatan alat-alat musik kalah bersaing dengan industri besar dari luar negeri.
3. Mahalnya faktor pendukung pembelajaran, seperti langka dan mahalnya buku-buku musik baik tradisional seperti gamelan, atau modern
4. Faktor-faktor lainnya, seperti susahnya merekam dan memasarkan produksi musik dalam negeri yang sudah kita ketahui bersama. Belum lagi masalah bajak-membajak, contek-menyontek, lemahnya hukum hak cipta dsb. Saya ga akan membahas panjang hal ini, karena bisa menimbulkan perang dunia, he he he, memang agak ironis, tapi itulah kenyataan yang terjadi dengan penyalahgunaan teknologi
5. Banyak musisi yang malas menuliskan dan mempublikasikan karya-karya mereka, bahkan ada yang merahasiakan ilmunya sampai mati, sehingga orang lain tidak bisa berguru kepada mereka, ya ini memang hak masing-masing, kalo saya, sepanjang bisa bermanfaat, kita bagi saja ilmu kita, sedikit banyak bisa berkontribusi bagi kehidupan akan terasa indah. Ada lagi musisi yang mau berkontribusi tapi gaptek dalam teknologi IT(blogging misalnya) atau ngetik karya mereka di komputer.
6. Hal-hal lain.
Hanya itu pendapat saya, pembaca mungkin berpendapat lain, silakan saja, ga setuju pun ga masalah, karena ini hanya opini seorang manusia yang rentan kesalahan

Wednesday, September 17, 2008

Mengenal capo dan bottleneck sebagai alat bantu gitar

Oke, kali ini akan saya kenalkan beberapa(karena lebih dari satu... he he he) alat bantuan untuk membantu kita bermain gitar dan menghasilkan sound yang lebih variatif pada gitar.
1. Capo: capo adalah alat untuk memendekkan senar/dawai gitar, kalo senar dipendekkan akibatnya nada akan naik. Capo digunakan untuk mengubah chord atau titi nada open string(EADGBE-los senar) tanpa mengubah tuning key(pemutar nada pada head gitar), capo lebih berfungsi untuk mentranspose nada gitar pada frekuensi yang lebih tinggi/naik.Capo dipasang pada leher gitar. Ada beberapa model capo tersedia di pasaran, paling sederhana bisa kita pakai karet dan pensil. Kalo beli ya biasanya lebih baik... he he he

2. Slide: kalo kita bicara slide di gitar, maka akan ada 2 pengertian, yaitu teknik dan alat.
a.Slide teknik; kita bicarakan waktu membahas notasi tablature saja.
b.Slide guitar atau bottleneck guitar, ini yang sekilas kita bahas sekarang.

Bottleneck (dalam artian leher botol sebenarnya atau dibuat mirip leher botol dengan bahan lain) adalah alat yang dipakai untuk menghasilkan perpindahan nada secara berlanjut dan menghasilkan nada dengan tingkat vibrasi yang lebih bervariatif. Eric clapton atau ga jauh-jauh lah, grup musik bumerang pernah memakai bottleneck pada lagu-lagu mereka. Ada gitar yang khusus dibuat untuk mendukung pemakaian bottleneck pada gitar, yaitu resonator guitar istilahnya, dengan resonator gitar pemakaian bottleneck menjadi lebih bervariasi daripada memakai gitar biasa.
Berikut ini satu contoh video saya ketika menggunakan Bottleneck Slide:
Ini menggunakan tangga nada pentatonik minor, sekilas mirip-mirip bluesnya Robert Johnson.. :)